Esai-Esai Inspirasi

Binatang jalang

Di hadapan kebesaran Amir Hamzah — Raja Penyair Pujangga Baru itu —  Chairil Anwar menampilkan dirinya sebagai  “binatang jalang”. Secara genius ia  meletakkan gaya baru dalam pemakaian bahasa puisi dan membuat perbedaan yang cukup menonjol dengan pendahulunya tersebut. Dan karena itu sering disebut sebagai pelopor pembaruan bahasa puisi.

Nama Chairil bukan semata-mata identik dengan sajak namun juga dengan perjuangan kemerdekaan. Tidak setiap penyair memiliki reputasi semacam itu – walaupun hidup di zaman yang sama. Sebagian ada yang tenggelam kemudian hilang ditelan waktu. Chairil terus hidup. Ia benar-benar perwujudan dari kepercayaan mistik bahwa karya seseorang membuatnya tak pernah mati.

Salah satu karya Chairil berjudul “Aku” terus dibaca hingga sekarang. Bahkan bisa dikatakan, sampai saat ini tidak ada puisi di Indonesia yang terkenal melebihi puisi “Aku”. Anak-anak sekolah tingkat dasar sampai pejabat tinggi sangat akrab dengan puisi ini. Dalam buku-buku pelajaran bahasa Indonesia, puisi ini juga masih dicantumkan, dihapalkan, dan dibaca (dideklamasikan) oleh para siswa dalam momen-momen tertentu. Di panggung-panggung agustusan yang tiap tahun digelar di seluruh pelosok negeri, puisi “Aku” masih menjadi pilihan paling favorit untuk dibacakan, selain Krawang-Bekasi.

Demikian sekadar pembuka untuk halaman Esai di Website saya. Selamat menikmati esai-esai sastra yang telah saya tulis dalam rentang waktu sekitar 10 tahun terakhir. Anda bisa memulainya dari beberapa esai pilihan berikut ini:

Chairil Anwar dan Revolusi Puisi Indonesia   Gerakan Puisi Mbeling

Mengenang BUYA HAMKA dan Tenggelamnya Kapal Van der Wijck

Wiji Thukul, Penyair Pemberontak   Pram dan Gonjang-Ganjing Bumi Manusia