[Puisi] Menjaring Bayang-Bayang

Bogor4

MENJARING BAYANG-BAYANG

Aku dan bayang-bayangku adalah satu kesatuan
Ke timur atau ke barat, ke utara atau ke selatan
Kami selalu pergi bersama-sama
Tidak ada yang bisa memisahkan kami kecuali kegelapan

Di dalam gelap aku tidak pernah bertanya ke mana bayang-bayangku pergi
Dan dia tidak pernah peduli apa yang aku lakukan

Aku membutuhkan bayang-bayangku
Karena dia memberitahu aku tentang cahaya
Tapi aku juga takut dengan bayang-bayangku sendiri
Karena dia menjelmakan sisi yang paling gelap dari diriku

Aku dan bayang-bayang tidak pernah saling mengejar
Karena kami memahami posisi masing-masing
Kadang dia ada di belakang mengikutiku
Kadang dia di depan dan aku yang mengikutinya

Bayang-bayang selalu melekat padaku
Tapi aku tidak memilikinya
Dia adalah milik cahaya
Bahkan aku tidak mengenalinya
Hanya kegelapan yang mengenalinya dengan baik
Karena dia adalah anak kandung kegelapan

Cahaya dan kegelapan bersaing menjaring bayang-bayangku
Hasilnya adalah gambaran diriku dalam satu dimensi… gelap dan tidak utuh!
Itulah sebabnya aku tidak percaya pada bayang-bayangku sendiri
Walaupun aku tahu dia akan terus bersamaku
Sampai nanti aku mati

Catatan:
Puisi dibacakan dalam workshop Lembaga Sensor Film (LSF) “Menjaring Bayang-Bayang Zaman Now” di Ibis Styles, Bogor, 1 September 2018

Bogor1
Bersama Hasanuddin Ali (di samping kiri saya), penulis buku “Millennial Nusantara” yang menjadi salah satu narasumber dalam workshop LSF “Menjaring Bayang-Bayang Zaman Now”.
Bogor5
Bersama teman-teman LSF. Ketua LSF, Dr. Ahmad Yani Basuki duduk di tengah (berjaket hitam)

 

Leave a Comment

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s