Negeri Para Demagog

NEGERI PARA DEMAGOG
Puisi Ahmad Gaus
Syahdan, kata sahibul hikayat
Tuhan menciptakan negeri ini ketika sedang tersenyum
Kun Fayakun — Jadilah !
Maka jadilah negeri subur makmur elok rupawan
Tongkat kayu dan batu jadi tanaman
Gemah ripah repeh rapi loh jinawi
Toto tentrem kertoraharjo
Kabeh wong urip ing kamakmuran. Ora ana sing mlarat. Ora ana sing nandhang sangsara. Kabeh mau amarga Gusti Allah iku becik marang kita.
Baldatun toyyibatun wa rabbun ghafur
Negeri elok yang diberkahi Tuhan
Tapi setelah itu Tuhan pergi entah ke mana
Negeri yang semula elok dan tentram
Remuk redam
Negeri yang subur makmur, hancur lebur
Orang-orang serakah memeras kekayaan alam
Bukit-bukit dimakan
Gunung-gunung dimakan
Hutan-hutan dimakan
Gedung gedung dimakan
Dan akhirnya, rakyat pun dimakan
Berulang kali kita saksikan
Para demagog meminjam tangan rakyat untuk membunuhi rakyat
Berapa juta rakyat dibantai karena dituduh sebagai simpatisan PKI
Berapa ribu rakyat terpanggang hidup-hidup dalam kerusuhan Mei 98
Berapa banyak perempuan keturunan Tionghoa yang dianiaya, diperkosa beramai-ramai
Para demagog itu, seperti Kaisar Nero yang membakar kota Roma
Lalu dia menyaksikan kobaran api dari atas bukit sambil main biola
Para demagog tahu benar bahwa rakyat tidak butuh makan
Rakyat hanya butuh isu
Isu ras, isu ideologi, isu agama
Rakyat butuh berkelahi
Karena itu mereka mudah diadu domba untuk kepentingan kekuasaan
Pesta demokrasi dibuat oleh para demagog menjadi medan perang badar
Sebab hanya sentimen agama yang bisa dipakai untuk menipu orang-orang bodoh
Ketika pesta demokrasi usai
Para demagog dan elit-elit politik bersorak sorai
Berpelukan, bagi-bagi jabatan, dan kembali hidup berkelimpahan
Sementara itu, rakyat di bawah yang bertempur habis-habisan
Sampai membawa-bawa nama Tuhan
Tidak mendapat apa-apa
Mereka yang miskin tetap saja miskin
Ditambah lagi harus putus hubungan dengan teman, saudara, bahkan keluarga
Gara-gara perbedaan pilihan politik yang dibungkus dengan sentimen agama
Siapa yang salah?
Siapa yang salah??
Siapa yang salah?!!!
Ya salah sendiri, mengapa kalian mau saja diadu domba
Mengapa kalian mau menjadi sapi-sapi yang diangkut mobil truk dan dibawa ke pejagalan
Lihatlah, lihatlah sorot mata sapi yang sedih
Menyaksikan burung layang-layang
Terbang bebas di angkasa
“Mengapa aku tidak seperti mereka
Tertawa, bernyanyi, sepanjang hari sepanjang malam.”
“Stop complaining,” said the farmer
Who told you a calf to be.
Why don’t you have wings to fly with
Like the swallow so proud and free?
How the winds are laughing
They laugh with all their might
Laugh and laugh the whole day through
And half the summer’s night
Donna, Donna, Donna, Donna
Donna, Donna, Donna, Don-
Donna, Donna, Donna, Donna
Donna, Donna, Donna, Don [Joan Baez]
THE END
Dibacakan di acara Gerakan Perempuan Indonesia Dewasa Ini: Mengenang Kerusuhan Mei 1998. Sabtu 20 Mei 2023, di Auditorium Rajawali, Gedung BBPK Cilandak. Kerjasama Forum Esoterika dengan Komnas Perempuan.

 

 

 

Leave a Comment

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s