Inilah Para Pemenang Lomba Menulis Puisi Natal 2018

PADA tanggal 18 Desember 2018 lalu saya mengumumkan “Lomba Menulis Puisi Natal” melalui http://www.ahmadgaus.com  yang dibuka sampai tanggal 24 Desember (kemarin). Pengumuman mengenai lomba itu sendiri saya sebar melalui media sosial twitter dan grup-grup WA, selain di blog ini. Tujuan dari lomba ini tiada lain ialah untuk menyambut dan menyemarakkan Natal 2018, dan sebagai tanda kasih saya untuk para sahabat di seluruh tanah air yang tengah bersuka cita merayakan Natal.

Sampai tadi malam (24 Desember Pk. 23.00) saya telah memilih 3 puisi terbaik dari sejumlah puisi yang dikirim ke email saya (gaus.poem@gmail.com). Hasil lomba ini saya umumkan di akun-akun media sosial saya: Gaus Ahmad (FB), Ahmad Gaus (Twitter), gausahmadgaus (Twitter ke-2) dan ahmadgaus68 (IG).

Saya ucapkan selamat kepada para pemenang. Anda berhak atas buku puisi saya “Senja di Jakarta” yang segera akan saya kirimkan setelah anda memberi alamat pengiriman ke email saya (gaus.poem@gmail.com. Terima kasih kepada semua warganet yang telah ikut berpartisipasi dalam lomba ini. Untuk anda yang belum beruntung mendapatkan hadiah, tidak usah bersedih (huhuhu..)  Insya Allah dalam momen-momen tertentu saya adakan lomba lagi dengan hadiah buku terbaru lagi. (Doakan pada tahun 2019 akan terbit 3 buku terbaru saya (puisi, novel, dan karya akademik). Aminkan dooong.. hehe.

Berikut adalah puisi pemenang lomba yang saya urutkan dengan angka berdasarkan kategori juara 1, juara 2,dan juara 3. Selamat menikmati.

 

(1)

KURAYAKAN NATAL

Karya: Rendy Saselah (Manado)

Kurayakan natal di pelupuk ombak, dalam keriangan masa kecil menarikan riak gelombang utara
tempat leluhur mengaji laut

Pabila hari telah tiba di ujung kelender
serasa aku menjadi seorang bocah yang biasa melarungkan harapan. Dimana yang aku tuju pertama adalah kenangan yang berarak lewat denting lonceng gereja kampung halaman

Tetapi hari sudah membawaku terlampau jauh dari kenangan Sagu dan Ikan Bakar, terlebih dengung suara Ibu melantunkan tembang natal dari balik kelambu kamar tidurku

Oh kasiang e!

Bau garam laut, desir ombak terus saja mengusikku seakan memaksa bahwa aku harus kembali meniup lilin dua puluh lima desember di kampung halaman. Juga menyalakannya di atas kubur Opa dan Omaku dalam penantiannya menunggu Tuhan datang

Kurayakan natal, di pelupuk ombak
di laut yang sama, namun tak ada pasir, hanya bentang beton reklamasi tempat aku memandang kembang api berhamburan. Seketika kutandai utara, meraih senyum Ibu samar menitip kecup lewat arus yang membawaku merantau

Manado, 22 Desember 2018

 

(2)

MALAM NATAL 

— Karya: Samsara Natama (Depok)

 

Malam ini, Maranatha di Bumi.

Sejenak,

Di tengah hiruk-pikuk kehidupan yang membara

Sang surya telah bertelut di angkasa

Merendahkan diri, haturkan hormat kepada sang purnama, lagi sang kartika

Yang menjadi saksi bisu atas kisah cinta Sang Raja,

 

Sejenak,

Kala dunia bercerita tentang kilau emas dan perak

Gemerlap lentera dan kehangatan lilin-lilin kecil, diiringi alunan merdu simfoni

Di bawah kemegahan dan kemeriahan langit-langit peneduh

Suara malaikat menaikkan pujian kepada Bapa,

 

Sesaat, waktu terhenti,

Di sekeliling lautan manusia

Yang terlarut dalam ribuan emosi dan jutaan memori

Mengenang suka, merindu asa, melepas jemu

Di tengah keheningan jiwa yang rapuh

Saat itulah aku memandang salib-Mu.

 

Berdiri, mengecap kata dengan bibirku

Duduk, melantunkan nada dalam hatiku

Tetapi, kedua mataku enggan berpaling dari lambang kasih terbesar itu

Yang tak ‘kan pernah ada lagi, dan yang tak sanggup siapa jua sandingi.

 

Sebab, aku sadar

Malam ini tercipta bukan untukku

Bukan juga untuk tercapainya segala angan

Akan penghargaan di atas telapak tangan

Atau bahkan, yang elok tersusun di bawah pohon sang Santa

Apalagi, serendah tuntutan hari besar semata.

 

Malam ini bukan tentang diriku

Natal bukan tentang hadiah yang kuingini, melainkan terwujudnya cara Tuhan menyatakan cinta-Nya kepada dunia

Natal ialah tentang Allah yang turun dari takhta kemuliaan, menjadi sama rendahnya dengan manusia

Natal ialah tentang cara Tuhan mengasihiku.

 

Malam ini,

Aku diam, mengingat janji dan kesetiaan-Nya.

Aku tenang, menikmati damai hadirat-Nya.

Menikmati kasih Tuhan secara utuh, dalam satu tahun langkah kehidupanku, hingga detik ini

Aku sungguh bersyukur atas semua itu.

 

Akhirnya, ketika lonceng berbunyi, aku hendak melangkah lagi

Meninggalkan euforia malam Natal di penghujung hari

Namun, cinta-Nya ‘kan terus menetap sepanjang waktu

Karenanya, kuhendak membagikan cinta itu kepadamu.

Sebab, Dia telah terlebih dulu mengasihiku.

 

Malam ini, Haleluya, Kristus t’lah lahir.

 

 

(3)

MERRY CHRISTMAS, MARZUKI

 — Karya: Citra Racindy (Medan)

 

Lonceng gereja bergema

Baju baru tersusun di lemari

Kulihat wajahmu penuh warna

Hari Natal kini telah menghampiri

 

Kelap kelip rumahmu kini penuh lampu berwarna

Di ruang tamu roti tersusun rapi

Kado-kado kecil terbungkus dengan bentuk yang berbeda

Aku turut merasakan kebahagianmu, Marzuki

 

Perasaan yang sama ketika aku menyambut Idul Fitri

Bahagia, sedih semua bercampur aduk

Bergegas aku pergi ke toko roti

Tok..tok..

Aku sudah di depan rumahmu membawa roti yang empuk

 

 

 

 

3 Comments

  1. ariane manibog says:

    Puisi memang indah untuk di nikmati

    Like

    1. Ahmad Gaus says:

      Terima kasih, Ariane.

      Like

  2. Nicolas Albert Witono says:

    Sebentar lagi memasuki bulan Desember, libur Natal adalah hal yang dinanti-nantikan. Membaca puisi-puisi bernuansa Natal jadi pengen buru-buru Natal

    Like

Leave a Comment