Selamat Hari Pahlawan: Bagimu Negeri Kunyalakan Puisi

Bagaimana kedudukan puisi dan para penyair di panggung sejarah nasional? Yuk, kita ngobrol bareng di acara virtual ini sambil mendengarkan pembacaan puisi dari para penyair.

 

𝐎𝐁𝐑𝐎𝐋𝐀𝐍 𝐇𝐀𝐓𝐈 𝐏𝐄𝐍𝐀 #14
Bagimu Negeri, Kunyalakan Puisi:
Memperingati Hari Pahlawan
Kelahiran Indonesia sebagai negeri merdeka tidak bisa dilepaskan dari puisi. Bahkan, Presiden penyair Indonesia, Sutardji Calzoum Bacri menyebut Indonesia lahir dari puisi.  Teks Sumpah Pemuda yang dicetuskan pada 1928 adalah puisi, yang berisi tentang imajinasi Indonesia yang satu. Dalam puisi, imajinasi adalah yang utama. Dalam proses transformasi visi perjuangan dari lingkup kedaerahan menjadi gagasan besar nasionalisme, puisi menggantikan peran senjata tradisional seperti bambu runcing  menjadi senjata intelektual.
Sejalan dengan pergeseran leadership perjuangan dari yang semula dipimpin oleh para raja dan bangsawan menjadi leadership cendekiawan dan sastrawan, puisi memainkan peran penting. Bahkan naskah Sumpah Pemuda yang kerap disebut sebagai proklamasi kemerdekaan Indonesia yang pertama, tidak lain ialah pengembangan dari puisi Muhammad Yamin . Terma-terma Tanah Air dan Tumpah Darah dalam puisi Yamin yang semula bernada sentimentil berubah menjadi heroik dalam naskah Sumpah Pemuda tersebut.
Nama lain yang patut disebut tentu saja Chairil Anwar, yang dikenal sebagai penyair patriotik karena puisi-puisinya memberi kesaksian atas zaman yang sedang bergolak. Dalam berbagai puisinya seperti: Prajurit Jaga Malam, Aku, 1943, Krawang-Bekasi, dll., penyair “binatang jalang” tersebut menghadirkan suasana perjuangan dan sekaligus menyalakan api revolusi.
Pada umumnya estetika romantisme dalam puisi-puisi di masa perjuangan selalu berbalut dengan estetika heroisme dengan pesan politik yang sangat kentara.
Bagaimana sebetulnya kedudukan puisi dan para penyair di panggung sejarah nasional, sejak masa revolusi hingga sekarang. Kita akan membahas topik ini dalam obrolan Hati Pena yang akan diadakan pada: .
Hari/Tanggal:
Minggu, 14 November 2021
Waktu:
14.00-16.00 WIB
Narasumber:
Ahmad Gaus AF
Dosen, Penyair dan Penulis
Pembaca Puisi:
Chappy Hakim
Prijono Tjiptoherijanto
Nurliah Nurdin
Edrida Pulungan
Kiki Amelia
Ezralia Harun
Pemandu:
Elza Peldi Taher
Swary Utami Dewi
Livestreaming:
Youtube Channel: Hati Pena TV
Facebook Channel: Perkumpulan Penulis Indonesia – Satupena
Disediakan sertifikat bagi yang membutuhkan.

 

Leave a Comment