Bagaimana kedudukan puisi dan para penyair di panggung sejarah nasional? Yuk, kita ngobrol bareng di acara virtual ini sambil mendengarkan pembacaan puisi dari para penyair.
Aku menulis, maka aku ada
Bagaimana kedudukan puisi dan para penyair di panggung sejarah nasional? Yuk, kita ngobrol bareng di acara virtual ini sambil mendengarkan pembacaan puisi dari para penyair.
MELAMPAUI NURCHOLISH MADJID
Diam-diam, wacana Islam liberal terus menyeruak dan mengambil bentuk yang kian beragam. Islam liberal ala Nurcholish Madjid tahun 1970-an sudah dianggap kuno. Bahkan kerangka pikir Cak Nur konon sudah tidak bisa lagi digunakan karena sudah obsolet. Kini telah lahir generasi post Cak Nur yang lebih progresif, lebih liberal, selain murid-murid Cak Nur yang lain yang makin bergeser ke kanan dan menjadi pendukung gerakan-gerakan sektarian.
Bagaimana ceritanya? Yuk kita ngupi bareng di acara ini. Kita akan ngerumpi santai tentang murid-murid ideologis Cak Nur yang tercerai berai dalam berbagai sekte dan golongan.
Nurcholish Madjid (affectionately known as Cak Nur) is one of Indonesia’s leading public intellectual and a respected Islamic scholar and reformist. On 30.08.20, The Reading Group collaborated in an online discussion called “Agama Kemanusiaan Pasca Nurcholish Madjid” (Humanistic Religion Post-Nurcholish Madjid), with three other institutions who are at the forefront of keeping his legacy alive: the Nurcholish Madjid Society, Jakarta; Centre for the Study of Religion and Culture (CSRC), Syarif Hidayatullah State Islamic University, Jakarta; and the Centre for Pesantren Studies, Bogor.
Kepergian seorang cendekiawan merupakan kehilangan besar bagi peradaban. Sebab keduanya adalah satu. Seperti udara dengan anginnya. Seperti laut dengan ombaknya. Sabda-sabda cendekiawan bagai percikan cahaya yang tumbuh menjadi pohon pengetahuan. Daun-daunnya akal pikiran. Bunganya kearifan. Buahnya pencerahan yang menyirami bumi dari kemarau kebodohan.
Suatu hari sang cendekiawan turun dari rumahnya di atas angin. Ia membagikan mainan kepada anak-anak. Mereka berebut dan berkelahi. Sebagian lagi menyambutnya sebagai kejutan yang indah dari Tuhan, setelah para nabi tak lagi turun menyampaikan ajaran.
Cendekiawan itu lalu pergi meninggalkan keramaian. Dengan langkah yang tenang dan senyum mengambang. Tapi dunia seperti masih berputar di sekelilingnya. Sejarah masih digerakkan oleh pikiran-pikirannya. Dan anak-anak masih juga memperebutkan mainan yang dibagikannya.
Oalaaahh… Cak, Cak, bercanda kok serius betul. Mentang-mentang cendekiawan.😅😂
Yuk teman-teman yang kangen sama saya, eh sama Cak Nur, gabung di acara ini ya. Kita ngobrol lagi tentang pemikiran Cak Nur dan pengaruhnya di negeri jiran Singapura dan Malaysia. Ditunggu nanti sore pukul 16.00 ya.
Meeting ID: 845 6886 9654. Passcode: haul-15
Terima kasih
Ahmad Gaus