Kepergian seorang cendekiawan merupakan kehilangan besar bagi peradaban. Sebab keduanya adalah satu. Seperti udara dengan anginnya. Seperti laut dengan ombaknya. Sabda-sabda cendekiawan bagai percikan cahaya yang tumbuh menjadi pohon pengetahuan. Daun-daunnya akal pikiran. Bunganya kearifan. Buahnya pencerahan yang menyirami bumi dari kemarau kebodohan.
Suatu hari sang cendekiawan turun dari rumahnya di atas angin. Ia membagikan mainan kepada anak-anak. Mereka berebut dan berkelahi. Sebagian lagi menyambutnya sebagai kejutan yang indah dari Tuhan, setelah para nabi tak lagi turun menyampaikan ajaran.
Cendekiawan itu lalu pergi meninggalkan keramaian. Dengan langkah yang tenang dan senyum mengambang. Tapi dunia seperti masih berputar di sekelilingnya. Sejarah masih digerakkan oleh pikiran-pikirannya. Dan anak-anak masih juga memperebutkan mainan yang dibagikannya.
Oalaaahh… Cak, Cak, bercanda kok serius betul. Mentang-mentang cendekiawan.😅😂
Yuk teman-teman yang kangen sama saya, eh sama Cak Nur, gabung di acara ini ya. Kita ngobrol lagi tentang pemikiran Cak Nur dan pengaruhnya di negeri jiran Singapura dan Malaysia. Ditunggu nanti sore pukul 16.00 ya.
Meeting ID: 845 6886 9654. Passcode: haul-15
Terima kasih
Ahmad Gaus