Andaikan Kau Datang

ANDAIKAN KAU DATANG

Selamat  ulang tahun, Om Yon Koeswoyo  (27 September 1940 – 5 Januari 2018), semoga berbahagia di alam sana, karena jasamu sungguh tak ternilai, menginspirasi, dan menghibur jutaan manusia di negeri ini. Sampai sekarang suaramu masih terus terdengar, lagu-lagumu terus diputar, amalmu terus mengalir. Bersama kedua saudaramu, Om Tonny dan Om Yok, plus Murry, kalian sungguh manusia-manusia pilihan.  Aku ingat waktu di SD dulu semua buku tulisku dan teman-teman bergambar Koes Plus dengan formasi lengkap, kami membacanya seperti sedang menyanyi: Yon, Yok, Tonny, Murry… padahal Om Tonny adalah yang tertua.

Om Yon, aku tahu hidupmu tidak selalu indah, tapi mungkin karena itu lagu-lagu kalian (Koes Plus), bercerita banyak hal dalam kehidupan, termasuk tragedi-tragedinya. Kalau bukan karena pengalaman sendiri, tidak mungkin syair dan nada lagu-lagu itu begitu menyentuh. Banyak lagu kalian yang membuat orang menangis seperti Kembali Ke Jakarta, Kisah Sedih di Hari Minggu, Hidup Yang Sepi. ..

Engkau sendiri yang bilang bahwa lagu “Hidup Yang Sepi” adalah cerita hidupmu sendiri yang tidak pernah punya kekasih.  Sekalinya jatuh cinta pada seorang gadis, dia pergi melanglang buana meninggalkanmu, hingga engkau berkhayal dalam lagu “Andaikan Kau Datang” – walaupun lagu itu dibuat oleh abangmu, Tonny Koeswoyo, tapi kau melantunkannya begitu mengiris, menyayat hati. Juga lagu ini, Hatiku Beku:

Tolonglah, tolonglah aku
Mengapa beku hatiku
Bila itu ‘kan berlalu
‘Ku menunggu tiada tentu

Pernikahanmu yang pertama kandas karena engkau miskin dan terpuruk, sampai harus menyewakan rumah dan buka usaha jual-beli mobil.  Aku dengar cerita saat istrimu mau melahirkan engkau harus meminjam uang untuk membayar biaya persalinan yang hanya satu setengah juta rupiah saja.

Kalian (Koes Plus) adalah contoh bahwa memilih hidup menjadi seniman adalah sebuah penderitaan. Jatuh bangun dalam membangun  sebuah kelompok musik yang solid tidak mudah, dan kalian sudah mengalaminya: bubar, ditinggal pergi, gonta-ganti personil. Tapi dalam penderitaan itu kalian mengukir nama besar dan reputasi yang abadi.

Om Yon, dulu waktu di SD kami bertamasya ke Taman Mini (TMII) dengan bus carteran. Di seantero sudut TMII dipasang pengeras-pengeras suara yang melantunkan lagu-lagu kalian (Koes Plus) seperti: Nusantara, Kolam Susu, Bis Sekolah, Diana, dll. Kalian hebat, karenanya terus diingat.  Aku menyukai semua aliran musik yang kalian bawakan, dari mulai Pop, Rock, Melayu, Dangdut, hingga Keroncong.

Sampai sekarang aku masih selalu mendengarkan lagu-lagu kalian (Koes Plus) saat bekerja di depan laptop atau sedang bepergian.  Lagu berjudul “Rindu” (melayu), termasuk salah satu lagu favoritku, selain Mengapa, Manis dan Sayang, Sendiri dan Rahasia, Ya Fatimah… dll.

Lagu kalian tentang cinta, kerinduan, penderitaan, mengingatkan kita tentang kehidupan yang fana. Kalian sejatinya bukan hanya bernyanyi tapi juga melantunkan filosofi hidup yang dalam, luas, dan tidak bersekat. Karena itu musik di tangan kalian benar-benar wakil dari suara alam yang  indah dan memesona, universal dan menggetarkan jiwa.

Betapa tinggi elang akan terbang
Lebih jauh lagi tinggi lamunan
Betapa megah hidupmu kau bilang
Dalam tidurmu semua akan hilang

(Perasaan, Koes Plus)

Selamat ulang tahun Om Yon, selamat berbahagia di sisi Tuhan. Terima kasih Koes Plus, dan untuk Om Yok, semoga selalu sehat, panjang umur dan bahagia.

 

Salam,

Ahmad Gaus

 

Leave a Comment