Jalan Berbelok Ke Baitullah: Untuk Ulil Abshar Abdalla

Gus Ulil Ultah

Selamat ulang tahun untuk sahabatku, Ulil Abshar Abdalla. Setelah Cak Nur dan Gus Dur, dialah yang berani melawan otoritarianisme pemikiran agama. Sebagaimana kedua pendahulunya tersebut, Ulil menolak penafsiran tunggal atas teks-teks agama. Segala kemungkinan tafsir ia beberkan dengan disiplin keilmuan pesantren yang dikuasainya.

Hasilnya ialah: Islam menjadi agama yang terbuka. Tidak ada, dan memang tidak boleh ada, monopoli atas tafsir agama. Ijtihad yang ditempuh Ulil membuka jalan bagi banyak orang untuk mendekati Islam dari berbagai sisinya. Bahkan mereka yang semula jauh dari ajaran agama, termasuk pada pemabuk, pembangkang, dan para pendosa lainnya, merasa nyaman dengan jenis Islam yang diperkenalkan oleh Ulil. Mereka merasa diterima, dan diberi akses kepada Tuhan melalui pintu mereka sendiri.

Ini tentu berbeda dengan pemahaman mainstream yang menempatkan agama semata-mata sebagai urusan surga-neraka, halal-haram, dan sejenis itu. Atas ijtihadnya itu, Ulil dikagumi dan diikuti oleh banyak orang, tapi juga dibenci oleh yang lainnya. Ia pernah difatwa “halal darahnya” oleh Forum Ulama Umat Islam (FUUI).

Namun pikiran-pikiran Ulil terus bergulir dan mendapatkan tempat tersendiri di benak kaum Muslim, khususnya anak-anak muda yang tengah mencari Islam yang berbeda dengan “Islam mainstream” yang bagi mereka sudah terlalu kolot untuk bisa menjawab kebutuhan masa kini.

Sekali lagi, selamat ultah Gus Ulil.  Sebuah puisi khusus saya buatkan untuk Anda di hari yang istimewa ini.

Salam,

Ahmad Gaus

 

 

 

 

 

Leave a Comment