Perempuan adalah Samudera

Baca juga:

Cinta Segitiga Berakhir Bahagia

Burung Rajawali: Kado Ultah untuk Denny JA

Denny JA adalah pendiri Lingkaran Survei Indonesia (LSI) dan konsultan politik. Ia telah berjasa mengantarkan ratusan orang menjadi kepala daerah (gubernur, walikota/bupati), dan menjadi arsitek kemenangan SBY dan Jokowi sebagai presiden masing-masing dua periode. Ia telah memperoleh banyak penghargaan untuk aktivitasnya di dunia survei opini publik dan konsultan politik. Selamat ulang tahun, brader.

Cinta Itu…

 

[Puisi] Ideologi dan Utopia

utopia

 

IDEOLOGI DAN UTOPIA

Setiap lelaki hidup dengan mimpi yang jatuh dari sebatang pohon. Mereka mengira itulah cinta paling agung yang disemaikan oleh semesta dan tumbuh di tubuh perempuan — dimana sungai-sungai mengalir deras, bukit-bukit berbaris, dan lahan perkebunan terbentang luas

Dunia adalah mimpi para lelaki dengan perempuan yang hanya terlihat bulu matanya di hutan cemara, dan betisnya yang menyala-nyala di cakrawala. Tapi itulah yang menggerakkan kaki-kaki mereka untuk berkelana membuka daerah-daerah baru pertanian, pertambangan, dan perdagangan.

Politik belum ada waktu itu, sehingga tidak ada ketentuan yang mengatur kapan matahari harus terbit, dan di mana harus terbenam. Satu-satunya simbol kehidupan ialah perempuan itu sendiri, karena tubuh mereka adalah bumi. Itu sebabnya para lelaki senang bertawaf mengelilingi bumi, mencari pintu masuk ke dalamnya melalui rahim perempuan.

Bangsa-bangsa baru didirikan belakangan, setelah kaum perempuan mau membuka rahim mereka dan melahirkan konstitusi. Pasal-pasal perang dan perdamaian ditulis dengan huruf-huruf tebal di mulut rahim. Agar para lelaki tahu di mana mereka harus mati, jika politik tidak mampu memberi cinta dan kebahagiaan.

 

Harris Hotel, Sentul, Bogor
23 Februari 2019
IG: ahmadgaus68

Sarah Mae

dark

SARAH MAE

Sarah Mae sudah pergi dari rumah ini sejak kemarin lusa. Ia hanya berpamitan pada daun pintu yang selalu terbuka — walaupun tidak pernah tahu siapa yang ditunggu; dan pada seekor burung piaran yang tidak berhenti bernyanyi karena selalu kesepian. Tidak ada yang tahu mengapa Sarah pergi, dan ke mana. Jejak kakinya pun hanya mengantar dia sampai halaman.

Tapi memang, rumah yang ditinggali Sarah akhir-akhir ini sudah hampir meleleh karena hawa panas dari tubuh para penghuninya. Setiap hari ada saja suara jeritan dari alat -alat rumah tangga yang dilemparkan ke muka orang. Dan sebenarnya rumah ini pun sudah penuh, tapi para penghuninya masih saja mengajak orang lain untuk masuk.

Sarah tidak bisa tinggal di rumah yang membayangkan dirinya taman surga, tapi setiap hari disirami air kencing. Ia marah ketika ruang perpustakaannya difungsikan sebagai toilet; buku-buku koleksinya dipakai untuk melempar anjing — hanya karena anjing itu mengajari mereka cara hidup bertetangga.

Orang-orang di rumah ini memang lebih sering kesurupan daripada membaca. Lebih suka berteriak-teriak daripada berusaha mencari akalnya yang hilang.

Sarah Mae pergi karena tidak tahan melihat rumahnya terus-menerus dirusak oleh para penghuninya sendiri. Besok atau lusa mungkin orang-orang akan menyusulnya.

[[[[[[ ** ]]]]]]

Saya buatkan versi pendek dari puisi di atas dalam format poster mini supaya mudah dikopi dan disebarluaskan.

Sarah Mae

Baca juga: Cerita Natal Seorang Gadis Kecil

Puisi di atas dimuat dalam buku SENJA DI JAKARTA (Ahmad Gaus, 2017)

[Puisi] Batu Tidak Ingin Menjadi Manusia

Makhluk-makhluk itu muncul begitu saja
dari bongkahan batu
menjelma burung-burung yang lapar
terbang mengelilingi kota
mencari sisa-sisa makanan dan bangkai
untuk memenuhi kebutuhan
manusia

Di malam hari makhluk-makhluk itu
kembali menjadi batu
tapi batu-batu yang berekor api
berlintasan bagai anak-anak panah
yang dilepaskan

Maka banyak peristiwa di malam hari:
bintang yang pecah berkeping-keping
bidadari-bidadari yang menjerit
dilemparkan dari surga
kabut hitam yang masuk ke telinga
mengubah dirinya menjadi serigala
mengaumkan ancaman
dan menghilang begitu saja
di kegelapan

Bulan mengirimkan sinarnya masuk
ke dalam kepala
Tapi jangan salah, kepala adalah gudang

tempat penyimpanan senjata
tempat penyanderaan musuh-musuh
temboknya dipenuhi kawat berduri
dan dijaga oleh makhluk-makhluk halus

Makhluk-makhluk itu mengambil batu
untuk melempari bulan
hingga bulan terluka dan menangis
menjeritkan nyanyian-nyanyian gaib
seperti lolongan anjing yang tersekap
oleh ketakutannya sendiri

Batu-batu itu tertawa melengking
memercikkan api dari ekor-ekornya
seperti ingin membakar bumi
memusnahkan masyarakat manusia

Begitu marahnya batu kepada manusia
padahal, berabad-abad lamanya
manusia dan batu hidup berdampingan
secara damai
sampai kemudian konflik tak terhindarkan
saat manusia merenggut batu-batu itu
dari tempat mereka bersemadi
untuk melempari manusia lain sampai mati
dan merampas kehormatannya

Batu akhirnya tahu tabiat buruk manusia
yang gemar membunuh dan
memakan bangkai saudaranya
maka batu tidak pernah bermimpi
menjadi manusia
mereka hanya ingin kembali ke habitatnya
berzikir menyucikan diri
berdiam diri selamanya
dalam meditasi abadi

Palangkaraya, 09/10/18

Cerita Pagi

margo

CERITA PAGI

Kabut turun di rooftop
lembut dan tipis seperti
gaun tidurmu

Aku terjatuh dari tangga angin
waktu mematahkan tangkai sayap
peri kegelapan

Kulihat kau duduk di sana
di antara kursi-kursi kosong

Menyanyikan sepotong lagu hitam
menikam musnah segala
yang dirindu

Burung-burung beterbangan
dari rambutmu!

Depok, 18/11/18

Follow my IG: @gauspoem

___________

 

ADULT ROMANCE: 

Kalau kamu suka cerita cinta segitiga yang simpel, romantis, penuh pengertian satu sama lain, bacalah novel ini: 😊

Cover Hujan dalam Pelukan

Silakan dibaca di sini: https://h5.novelme.com/bookinfo/22983

[Puisi] O CLARA, MANGE WISA KO

jemb sukarno
Jembatan Sukarno, Manado

O CLARA, MANGE WISA KO

Selamat malam, Clara
maukah kau temani aku sejenak saja
menyusuri tepian pantai di sana
atau sekadar bercengkrama di dermaga
menunggu saat purnama tiba
di seberang jembatan Sukarno

Aku ingin mendengar sekali lagi
deru nafasmu yang terengah
seperti isyarat bahwa ada sesuatu
yang tengah berubah

Di lorong-lorong kota
seribu gereja menunggu
sebuah lilin yang masih menyala
lonceng-lonceng makin keras dibunyikan
ayat-ayat suci makin keras dibacakan
udara kota berhimpitan

Maka kau harus terus menjaga
agar api itu tetap menyala
sebab kalau sampai padam
seluruh kota ini akan gelap gulita
lalu kau mau ke mana
mange wisa ko, Clara?

Manado, 28 Oktober 2018
Ahmad Gaus
penulis, aktivis

 

Deklarasi manado
Deklarasi Sumpah Pemuda Milenial oleh Jaringan Komunitas Bela Indonesia (KBI), di Jembatan Sukarno, Manado, 28 Oktober 2018

IMG-20200922-WA0052

 

[Poem] NOCTURNO

scrib
Sumber ilustrasi: https://www.pikview.com/media/BnSc5oCBfBA

 

NOCTURNO

My body is a book — full of scribbles
my friends write down all the events there
with pencils, river water, gadgets, coffee shops
social media, cinemas, and many more
I don’t even have a slit to write my life story on my own body
but yea, never mind
after all, people won’t care
except what they want to write on my body
once upon a time I just followed a bird’s invitation
fly and sing at the top of the tree
here is more free, he said
from a distance I get goose bumps watching my body
get blackened full of scribbles.

My body is a book — full of scribbles
my friends write down all the events there
with pencils, river water, gadgets, coffee shops
social media, cinemas, and many more
I don’t even have a slit to write my life story on my own body
but yea, never mind
after all, people won’t care
except what they want to write on my body
once upon a time I just followed a bird’s calling
to fly and sing at the top of the tree
here is more free, he said
away from a distance I get goose bump watching my body
get filled full of scribbles.

— a poem by ahmad gaus

 

Cerita Natal Seorang Gadis Kecil

lourdes church front
Sumber ilustrasi: http://mikesbogotablog.blogspot.com/2015/04/the-new-face-of-iglesia-de-lourdes.html

CERITA NATAL SEORANG GADIS KECIL

Aku berdiri di halaman gereja
Anak-anak bergaun palma
Menghias pohon Natal dengan lampu aneka warna
Bunga-bunga gladiola, langit merah saga.

Saat lonceng dibunyikan, mereka berlarian
Kemudian larut dalam doa yang dilantunkan
Damai dalam pelukan kasih Tuhan.

Dari kejauhan aku mendengar suara azan
Dibawa angin senja berteluk awan
Azan dan kidung Tuhan saling bersahutan
Menjalin nada, orkestra kehidupan.

Seorang gadis kecil menghampiriku

“Pakailah ini,” katanya menyodorkan topi santa

Aku terdiam. Lama. Kemudian dengan halus aku menolaknya
Ia nampak kecewa. Matanya berkaca-kaca
Aku membungkukkan badan dan berbisik ke telinganya

“Sayang, bukannya aku tidak mau, tapi topi itu terlalu kecil buat kepalaku!”

Ia tersenyum mengerti

“Kalau begitu ambillah ini,” ujarnya menyodorkan replika pohon Natal, “Tanamlah di tubuhmu!”

“Maaf sayang, ini pun aku tidak bisa menerimanya.”

“Kenapa?”

“Karena aku tidak punya lahan untuk menanamnya,
seluruh tubuhku sudah dipenuhi masjid!”

Ia terdiam. Aku yakin dia tidak mengerti apa yang kukatakan.

Tapi ia bertanya lagi, “Apakah di halaman masjid tidak boleh ditanami pepohonan?”

Aku tersentak. Akhirnya kuraih dia dalam pelukan
Kujelaskan bahwa halaman masjid sekarang penuh oleh kendaraan yang parkir. Tidak ada tempat untuk menanam pohon lagi.
Dia tertunduk. Sedih.

“Jangan kuatir, sayang, pohon Natal ini akan kutanam di samping masjid, dan akan kurawat, setuju?”

Dia mengangguk.

“Terima kasih, Om, Natal itu untuk anak-anak!” ucapnya tersenyum.

Aku pun tersenyum, walaupun tidak mengerti maksud ucapannya.

***

Tangerang Selatan, 24 Desember 2016
Ahmad Gaus

Baca juga:

Senyum Kristus

Cinta Perawan Rima

Kerukunan dan Toleransi Itu Beda, Son

Cinta Perawan Rima

Rima

˜˜˜˜

Mungkin anda akan tertarik membaca novel terbaru saya: HUJAN DALAM PELUKAN dalam aplikasi NovelMe. Kisah tentang cinta segitiga yang mengoyak-ngoyak perasaan.

Cover Hujan Dlm Pelukan-1

Ini link-nya: https://h5.novelme.com/bookinfo/22983

 

Homo Homini Lupus

homo_homini_lupus_by_lordofwrappedarrow-d49suym
Sumber ilustrasi: https://www.deviantart.com/lordofwrappedarrow/art/Homo-Homini-Lupus-258327742

HOMO HOMINI LUPUS

Di antara terang dan gelap ada dinding yang tak terlihat. Semacam kaca atau, katakanlah, spektrum yang memisahkan keasingan. Ia berpindah-pindah tempat dari mata ke ruang tahanan, dari hidung ke gudang senjata, dari telinga ke medan pertempuran. Maka pancaindra selalu dihantui mimpi buruk.

Suatu malam, saat kau berada di dalam barisan untuk memerangi manusia, sekumpulan makhluk mengintai dari dinding itu. Mula-mula ada suara gaduh. Kemudian pecahan kaca. Lalu darah berceceran.

Orang-orang dalam barisan itu memunguti pecahan-pecahan kaca yang berserakan dan memakannya. Doa-doa dilantunkan setengah berteriak. Semakin lama semakin banyak orang yang datang. Makhluk-makhluk itu mendekat dan mencekik leher mereka hingga doa-doa yang mereka teriakkan berhamburan menjelma binatang buas. Dalam sekejap saja, ruang di antara terang dan gelap itu berubah menjadi medan perang.

Malam melambaikan tangan dengan cakar-cakarnya yang tajam. Engkau tak sabar menunggu pagi untuk memastikan bahwa yang tergeletak di jalan itu bukan tubuhmu.

22/07/17


N O V E L

“Di dunia ini ada kekuatan hitam, ada kekuatan putih. Kamu pilih yang mana untuk membantu mewujudkan impian-impianmu? Tapi ingat, setiap pilihan akan membawa akibat pada kehidupanmu.”

Kisah pertempuran abadi dua kekuatan yang diwakili oleh dua karakter perempuan muda, baca di sini: https://h5.novelme.com/bookinfo/18126