Makhluk-makhluk itu muncul begitu saja
dari bongkahan batu
menjelma burung-burung yang lapar
terbang mengelilingi kota
mencari sisa-sisa makanan dan bangkai
untuk memenuhi kebutuhan
manusia
Di malam hari makhluk-makhluk itu
kembali menjadi batu
tapi batu-batu yang berekor api
berlintasan bagai anak-anak panah
yang dilepaskan
Maka banyak peristiwa di malam hari:
bintang yang pecah berkeping-keping
bidadari-bidadari yang menjerit
dilemparkan dari surga
kabut hitam yang masuk ke telinga
mengubah dirinya menjadi serigala
mengaumkan ancaman
dan menghilang begitu saja
di kegelapan
Bulan mengirimkan sinarnya masuk
ke dalam kepala
Tapi jangan salah, kepala adalah gudang
tempat penyimpanan senjata
tempat penyanderaan musuh-musuh
temboknya dipenuhi kawat berduri
dan dijaga oleh makhluk-makhluk halus
Makhluk-makhluk itu mengambil batu
untuk melempari bulan
hingga bulan terluka dan menangis
menjeritkan nyanyian-nyanyian gaib
seperti lolongan anjing yang tersekap
oleh ketakutannya sendiri
Batu-batu itu tertawa melengking
memercikkan api dari ekor-ekornya
seperti ingin membakar bumi
memusnahkan masyarakat manusia
Begitu marahnya batu kepada manusia
padahal, berabad-abad lamanya
manusia dan batu hidup berdampingan
secara damai
sampai kemudian konflik tak terhindarkan
saat manusia merenggut batu-batu itu
dari tempat mereka bersemadi
untuk melempari manusia lain sampai mati
dan merampas kehormatannya
Batu akhirnya tahu tabiat buruk manusia
yang gemar membunuh dan
memakan bangkai saudaranya
maka batu tidak pernah bermimpi
menjadi manusia
mereka hanya ingin kembali ke habitatnya
berzikir menyucikan diri
berdiam diri selamanya
dalam meditasi abadi
Palangkaraya, 09/10/18