Puisi Ulang Tahun untuk Isti Nugroho

ISTI NUGROHO dan Kekuasaan Tiran
Dia seorang filsuf, sastrawan, dramawan, dan sekaligus pemberontak.
Namanya pertama kali saya dengar pada 1988, ketika koran-koran memberitakan bahwa dia dan dua temannya aktivis di Yogyakarta ditangkap aparat dan dipenjarakan. Gara-gara mendiskusikan buku-buku karya Pramoedya Ananta Toer, yang oleh penguasa dianggap mengandung ajaran komunis.
Dialah Isti Nugroho..Delapan tahun mendekam di dalam penjara Orde Baru. Hampir setiap dini hari ia dibangunkan. Direndam di kolam. Dipukuli. Kakinya dijepit di bawah meja yang diduduki para penyiksanya. Sampai pincang. Dia dipaksa mengaku bahwa dirinya komunis. “Di mana komunisnya, orang saya ini Pancasila,” jawabnya.
Belasan tahun kemudian (2012) saya bertemu dengannya di Balai Budaya Yogyakarta. Saya menyaksikan sebuah pementasan teater. Rupanya sutradaranya adalah Isti Nugroho.
Sejak itu kami berteman. Saya tidak tahu kapan persisnya Isti hijrah ke Jakarta. Pada 2016 saya memenuhi undangannya untuk menjadi narasumber sebuah diskusi sastra di Jl. Guntur. Rupanya Rumah Guntur itulah yang menjadi basecamp-nya.
Usai acara ia menghampiri saya. Mengobrol. Dan memberi saya sebuah amplop berisi honorarium. Malu-malu saya menerimanya.
“Lumayan buat jajan anak-anak di rumah,” ujarnya. Mata saya berkaca-kaca. Di hadapan seorang pejuang seperti Isti Nugroho, saya bukan siapa-siapa.
Selamat ulang tahun, Bung Isti Nugroho.
Banjarmasin, 30 Juli 2023
Ahmad Gaus