Catatan Ultah Pernikahan untuk JZ
Ini bukan puisi seperti yang biasa aku tulis di hari-hari istimewa. Hanya sebuah goresan air mata. Saat kamu terkurung sendiri di antara hidup dan mati. Saat napasmu tersengal, dan keringat dingin bercucuran. Namun tembok begitu angkuh, memisahkan kita yang hanya berjarak beberapa meter saja. “Doakan aku ya, jangan sampai mati karena Covid,” katamu. Aku terdiam. Di antara riuh hujan malam itu, suara batukmu terus terdengar. “Aku tidak bisa tidur,” katamu lagi. “Badanku meriang, tulang-tulangku remuk.”
Hujan semakin deras. Angin memukul-mukul jendela. Aku disergap kesunyian. Dingin merayap di punggungku. Ketika suaramu menghilang, aku mengintip dari sela pintu. Kudengar deru napasmu. Berat tertahan. Semoga kamu tertidur pulas dan besok pagi bangun kembali, jangan sampai tidak, doaku.
Dini hari itu pikiranku menerawang. Pada akhir Juni s.d. medio Juli lalu, 11 (sebelas) anggota keluargaku di Tangerang terpapar Covid-19 secara hampir bersamaan. Kakak, adik, kakak ipar, dan para keponakan. Dan mereka tinggal di rumah yang sama, rumah besar. Demi alasan keselamatan, kita memutuskan untuk tidak menjenguk, walaupun mereka sangat membutuhkan kehadiran kita. Tapi ketika aku mendengar kabar bahwa ibuku juga sakit, aku tidak peduli lagi dengan keselamatan. Aku berkali-kali ke sana, dan engkau menyertai, menembus zona merah. Begitulah… sampai ibuku benar-benar pulih, dan satu persatu keluargaku yang lain berangsur sembuh.
Kamu begitu kuat saat itu. Tapi… dua minggu kemudian kamu juga tumbang. “Penciumanku hilang,” katamu sore itu. Aku terkejut. Selama ini kita berpikir, corona begitu dekat. Tapi sekarang bukan hanya dekat. Ia sudah ada di rumah kita. Bersama kita. Akhirnya kita pun menjadi bagian dari pandemi global, dari sejarah dunia yang mengerikan.
10 hari telah berlalu. Kini kondisimu makin membaik. Dan hari ini, di ulang tahun ke-24 pernikahan kita, kamu bilang sudah bisa mencium aroma kopi dari cangkirku, meski masih samar. Kamu juga sudah bisa tertawa menonton drama Korea. Bersabarlah barang sebentar, demi syair lagu ini: “Esok pagi kau buka jendela, ‘kan kau dapati seikat kembang merah… ” (Ebiet G. Ade, Elegi Esok Pagi)
Selamat ultah pernikahan kita, Jumie Zaini. Selamat ultah juga untuk diriku sendiri. 

Salam peluk dari ruang tengah,
10 Agustus 2021
Ahmad Gaus
Semoga semua di sana kembali sehat, aamiin
LikeLike