Biografi Seorang Bankir

BIOGRAFI SEORANG BANKIR
       Sebuah biografi ditulis tidak untuk mengenang masa lalu, tetapi untuk meletakkan masa lalu pada tempat yang sewajarnya. Sebab, banyak hal dari masa lalu yang berserakan di jalan raya kehidupan, dan itu harus “ditertibkan”. Jika tidak, ia akan menjadi penghalang di jalan menuju masa depan. Bukankah banyak orang yang terpuruk karena beban masa lalu yang begitu berat?
       Di hadapan sang waktu, sebuah biografi menjadi semacam klarifikasi tentang diri sendiri. Tentang menjadi manusia yang bukan sekadar tubuh dan nyawa yang menghidupinya, tapi lebih penting lagi ialah bagaimana hidup itu dijalani.
       Tugas utama manusia bukanlah menjadi pahlawan tetapi bagaimana ia tidak menjadi “debu” yang tidak berguna bagi orang lain. Kecil ataupun besar peranan yang dimainkan oleh seseorang tidak ditentukan oleh tempat di mana ia berdiri melainkan oleh apa yang ia lakukan di tempat tersebut. Birokrat, politisi, bankir, pengusaha, selebriti, pejabat, hanyalah identitas yang fana. Kelak semuanya akan sirna digilas mesin waktu.
       Sang waktu mengalir bagaikan sungai menuju muara membawa segala material dalam perjalanannya. Begitu juga arus kehidupan. Semua yang dibawa dari masa lalu akan terangkut ke muara, ketika kita bertemu dengan Sang Pemilik Waktu.
       Di situlah, di sebuah masa yang tidak bisa didefinisikan, setiap kita akan ditanya tentang apa yang pernah kita lakukan dengan waktu. Ada yang mengatakan, tidak ada yang dapat kita lakukan terhadap masa lalu. Faktanya, setiap kita punya naluri alamiah untuk menuturkan masa lalu. Tujuannya untuk melakukan pencandraan, dan melepaskan beban di pundak. Kata sebuah pepatah, “Dengan mengatakan, engkau melepaskan.”
       Maka sekali lagi, sebuah biografi ditulis bukan untuk mengenang masa lalu tetapi untuk meletakkan masa lalu pada tempat yang sepantasnya. Dengan begitu beban di pundak terasa lepas. Jalan kehidupan terasa lempang, seperti sungai yang jernih mengalir ke muara.
       Selamat atas terbitnya buku biografi Kemal Ranadireksa, mantan direktur BNI. Kang QQ (baca: Kiki) begitu ia biasa disapa, adalah salah seorang perintis berdirinya Bank Mandiri, sebagai hasil merger empat bank pelat merah (BBD, BDN, BAPINDO, Bank EXIM). Kang QQ lalu dipercaya menjadi pemimpin Bank Mandiri regional Sumatera.
       Dan, ini yang penting, Kang QQ adalah suami tercinta dari teman kita, Rani Anggraeni Dewi, yang sekaligus juga memberi kata pengantar untuk buku ini. Jarang lho seorang istri memberi kata pengantar untuk buku suaminya., hehee.. Teh Rani adalah seorang trainer Living Values Education, Pre-Marital Counselor, dan Couple Relationship Therapist. Teh Rani juga belum lama ini meluncurkan buku berjudul “Untuk Apa Menikah”, yang langsung menjadi best seller dan diseminarkan di mana-mana.
       Terima kasih ya Teh Rani dan Kang QQ yang mempercayakan penulisan buku biografi ini kepada saya. Suatu kehormatan bisa menulis kisah hidup seorang bankir “gendeng”. 🙂
       Untuk teman-teman, kalau anda atau kerabat, kenalan, bos, mau menulis biografi silakan hubungi saya, mumpung ada diskon. 🙂
Salam
Ahmad Gaus
WA: 0857 5043 1305
email: gaus.poem@gmail.com
Sumber tulisan dari FB saya: