Wahai Kekasihku

Numpang promo. Selain menerima order penulisan biografi, saya juga menerima panggilan untuk mengisi acara hajatan walimatul ursy, aqiqahan, pulang haji, sunatan massal, dll, hahahaa…

Kali ini saya menjajal bakat saya di bidang tarik suara dgn membawakan lagu yang sangat terkenal di Timur-Timur (Ya Umri, Wahai Kekasihku), ciptaan Sabah Fachri. Selamat menikmati. Kalau bagus kasih nilai 8 – 10 ya 🙂

Terima kasih

 

Jangan Pura-Pura

Nyanyi dulu yuk.. 😁😁

RAMAI-RAMAI MEM-BULLY IWAN FALS

 

Fals

 

Di Medsos, khususnya Twitter, Iwan Fals dibully oleh orang-orang yang mengaku dulu sebagai penggemar fanatiknya. Bahkan banyak yang bilang kaset-kaset Bang Iwan sudah mereka bakar. Alasannya, mereka tidak suka Iwan Fals mendukung Jokowi. Begitu panasnya politik pilpres sampai baranya menghanguskan akal sehat.

Saya tetap menyukai dan mendengarkan lagu-lagu Nissa Sabyan dan Rhoma Irama walaupun mereka pendukung Prabowo, dan saya pendukung Jokowi. Tidak ada stigma apapun pada diri saya terhadap mereka. Apalagi membenci mereka hanya karena beda pilihan politik.

Para seniman berhak memiliki afiliasi politik. Di situlah mereka, seperti umumnya kita, bersikap “partisan”. Tapi karya-karya mereka tetap untuk semua kalangan. Lintas batas golongan dan waktu. Jadi, mengapa harus dikaitkan dengan politik yang hanya bersifat musiman. Lewat April nanti juga semua kembali ke habitat masing-masing. Memangnya kamu dapat apa dari Pilpres sampai harus membenci orang begitu rupa? Mau jadi menteri? Dan, ngomong-ngomong, dibandingkan dengan Iwan Fals, kamu sudah berbuat apa untuk bangsa ini? Karyamu apa?

Bandung, 2 Feb 2019
IG: ahmadgaus68

 

TABAH – Lagu Kenangan Saat di Pondok

IMG-20140831-WA000

Foto alumni Ponpes Darun Najah (DN) Angkatan 15 (lulus tahun 1992) saat reuni di Kuningan-Cirebon, 30/8/14. Photo Courtesy: Jumiatie
Kalau anda pernah tinggal di asrama mungkin pernah juga mendengar lagu di bawah ini. Biasanya dinyanyikan saat kumpul bersama, acara api unggun, renungan malam, dsb. Lagu ini membuat para penghuni asrama mampu bertahan dari cobaan dan penderitaan bertubi-tubi, atau sebaliknya, nangis berdarah-darah, hehehe. Saya sendiri pertamakali mendengarnya waktu mondok di ponpes Darqo long long agooo… dan ikut koor saat ada kegiatan PII (Pelajar Islam Indonesia) di Tangerang. Aslinya ini memang lagu PII.

Yang ini lebih bagus:

 

 

TABAH

Daku kini tiada berarti
hidup di dalam derita
siang malam dirundung malang
hidup di dalam gemblengan.

Datang terang penyuluh hati
kuatkan iman selalu
tabahkanlah lapangkan dada
jauh dari putus asa…

…………………………

(tolong dilanjut ya kalau ada yang hafal…)