Puisi Ulang Tahun untuk Pendeta Albertus Patty

https://www.facebook.com/photo/?fbid=10160043328882599&set=a.375767877598

 

Puisi Ulang Tahun untuk Isti Nugroho

ISTI NUGROHO dan Kekuasaan Tiran
Dia seorang filsuf, sastrawan, dramawan, dan sekaligus pemberontak.
Namanya pertama kali saya dengar pada 1988, ketika koran-koran memberitakan bahwa dia dan dua temannya aktivis di Yogyakarta ditangkap aparat dan dipenjarakan. Gara-gara mendiskusikan buku-buku karya Pramoedya Ananta Toer, yang oleh penguasa dianggap mengandung ajaran komunis.
Dialah Isti Nugroho..Delapan tahun mendekam di dalam penjara Orde Baru. Hampir setiap dini hari ia dibangunkan. Direndam di kolam. Dipukuli. Kakinya dijepit di bawah meja yang diduduki para penyiksanya. Sampai pincang. Dia dipaksa mengaku bahwa dirinya komunis. “Di mana komunisnya, orang saya ini Pancasila,” jawabnya.
Belasan tahun kemudian (2012) saya bertemu dengannya di Balai Budaya Yogyakarta. Saya menyaksikan sebuah pementasan teater. Rupanya sutradaranya adalah Isti Nugroho.
Sejak itu kami berteman. Saya tidak tahu kapan persisnya Isti hijrah ke Jakarta. Pada 2016 saya memenuhi undangannya untuk menjadi narasumber sebuah diskusi sastra di Jl. Guntur. Rupanya Rumah Guntur itulah yang menjadi basecamp-nya.
Usai acara ia menghampiri saya. Mengobrol. Dan memberi saya sebuah amplop berisi honorarium. Malu-malu saya menerimanya.
“Lumayan buat jajan anak-anak di rumah,” ujarnya. Mata saya berkaca-kaca. Di hadapan seorang pejuang seperti Isti Nugroho, saya bukan siapa-siapa.
Selamat ulang tahun, Bung Isti Nugroho.
Banjarmasin, 30 Juli 2023
Ahmad Gaus

Puisi Ulang Tahun untuk Anick HT

ANICK HT & KEBEBASAN BERAGAMA
Kuburlah Kami Hidup-hidup! Begitu judul buku karya Anick Ht yang terbit beberapa tahun silam. Buku ini berisi lima buah puisi panjang, puisi esai, yang diangkat dari peristiwa nyata yang terjadi di masyarakat.
Lewat puisi esai itu Anick menuturkan kisah pilu orang-orang yang terusir dari kampung halaman mereka karena perbedaan keyakinan. Persekusi, diskriminasi, dan tindakan kekerasan atas nama agama, menjadi keprihatinan Anick sejak.lama. Ia telah memilih jalan hidupnya untuk berada di antara kelompok-kelompok minoritas.
Dalam sebuah parade kebinekaan, ia dan komunitasnya diserang oleh kelompok garis keras. Beberapa orang terluka berat dan harus dirawat di rumah sakit. Anick tidak kapok dan terus berjuang untuk kebebasan beragama.
Selamat ulang tahun, Anick. Berbahagialah karena telah menemukan jalan hidupmu.

 

Puisi Ulang Tahun untuk Alida

[5/17, 19:34] Alida Astarsis USS: Beautiful kang Gaus, tenkyuuu 😍❤️👍🌷🌷
[5/17, 19:35] Alida Astarsis USS: Kado yg indah 🌷

Puisi Untuk Irfan Abubakar

Irfan Abubakar

Makasih utk puisinya yg dalam om Gaus Ahmad Khulashoh puitik ttg arena dan habitus udah pas banget. Itulah kita. Cukup secangkir arabika pahit, keindahan tlah direngkuh

Panggilan Rindu

Sonia Suryani

Mas Gaus, it’s lovely poem…. With you, I am home.”😬😬😬, thank you

Puisi Ulang Tahun untuk Pamela

Dalam irama puisi, getaran jiwa kami menyatu, tak terucap namun dipahami. Diungkap lewat puisi ulang tahun, Mas Gaus membalut perjalanan di Dieng menjadi inspirasi yang abadi.

Terima kasih untuk puisi indahnya, Mas Gaus Ahmad 🙏🏼🙏🏼🙏🏼❤️

FB Pamela Cardinale

 

 

Agama dan Musik

 

Mungkin gambar 1 orang dan teks

Sahabat saya, Mohammad Shofan, hari ini berulang tahun. Saya mau memberi kado spesial berupa puisi. Tapi saya mau cerita dulu mengenai manusia unik ini.

Saya teringat pertama kali bertemu Shofan tahun 2007 di kantor Mas Dawam (alm. Prof Dawam Rahardjo), di Empang Tiga, Ps Minggu. Waktu itu Shofan baru saja dipecat dari pekerjaannya sebagai dosen di sebuah universitas Islam di Jawa Timur. Itu gara-gara Shofan menulis artikel di media massa tentang bolehnya kaum Muslim mengucapkan selamat Natal.

Otoritas kampus tidak bisa menerima pandangan semacam itu. Mengucapkan selamat Natal itu haram. Titik. Akibatnya, Shofan kehilangan pekerjaan, sedangkan dia harus menafkahi keluarganya. Berita itu tersebar luas, dan artikelnya sendiri menjadi kontroversi. Bahkan menjadi topik bahasan oleh intelektual muda Muhammadiyah, Pradana Boy dalam tesis yang berjudul “In Defence of Pure Islam: The Conservative-Progressive Debate Within Muhammadiyah.”

Mendengar berita pemecatan itu, seorang aktivis dialog antariman, Dr. Budhy Munawar Rachman , membawa Shofan ke Jakarta bertemu Mas Dawam, seorang pembela kebebasan beragama yang sangat militan. Budhy dan Mas Dawam mencarikan pekerjaan baru untuk Shofan di Jakarta. Bukan hanya itu, Mas Dawam juga menulis sebuah artikel panjang sebagai pembelaan terhadap Shofan dengan judul: Membaca Shofan, Membaca Masa Depan Muhammadiyah.

Di bawah asuhan Mas Dawam, Shofan semakin percaya diri mengembangkan pandangan-pandangannya seputar pluralisme dan kebebasan beragama yang dipublikasikan di media massa seperti Kompas, Tempo, Jakarta Post, dll. Salah satu bukunya Pluralisme Menyelamatkan Agama-Agama, termasuk karya yang dianggap sesat oleh banyak kalangan. Dia pun dicekal di banyak forum. Tapi dia santai saja. Dia belajar dari orang-orang yang dianggap sebagai gurunya seperti Buya Syafii, Gus Dur, Cak Nur, dan Dawam sendiri. Mereka ini sudah kenyang dengan tuduhan-tuduhan semacam itu. Tapi rileks saja.

Saat ini Shofan menjabat sebagai direktur program Maarif Institute, sebuah lembaga prestisius di lingkungan Muhammadiyah, yang didirikan oleh alm Buya Syafii Maarif.
Kegiatannya akhir-akhir ini antara lain membuat podcast mengenai isu-isu kontemporer dengan narasumber tokoh-tokoh pluralis-humanis seperti Najib Burhani , Ulil Abshar Abdalla , Mediaa Zainul Bahri , Martin L Sinaga , Luthfi Idetopia Albertus Patty , Siti Ruhaini, dan lain-lain termasuk saya sendiri. Shofan kini juga kandidat doktor bidang pemikiran Islam di UIN Jakarta. Semoga cepat selesai.

Itu satu cerita. Cerita lainnya soal musik. Saya baru tahu belakangan bahwa Shofan adalah penggemar fanatik Rhoma Irama. Bahkan ia juga yang menulis biografi Rhoma Irama. Dia sering diomeli bang Rhoma karena dianggap liberal. Tapi mereka berteman baik.

Suatu hari kami berada di Ambon untuk pertemuan lintas agama. Pada sore hari di sela-sela acara kami dibawa oleh Dr. Abidin Wakano ke Kafe Hatukau di pinggir pantai. Sambil menunggu matahari terbenam di teluk Ambon, kami menikmati kopi dan pisang keju. Malam harinya ada live music yang saat itu hanya menyajikan lagu-lagu dangdut. Tiba-tiba saja Shofan naik ke panggung dan membawakan lagu Rhoma Irama, saya lupa judulnya. Para pengunjung berdecak kagum karena suara dan gayanya benar-benar mirip Rhoma Irama. Tepuk tangan pun bergemuruh.

Tidak mau kalah, Dr. Abidin Wakano naik ke pentas juga menyanyikan lagu, kalau tidak salah judulnya Hilang Tak Berkesan, dari Mashabi. Tapi suaranya lebih mirip suara Broery Marantika. Teman saya yang lain, Irfan Abubakar tidak bisa menyanyi dangdut, padahal dia pengagum berat Nita Talia dan Lilis Karlina. Tapi karena dipaksa akhirnya dia menyanyi juga, membawakan lagu Judika.

Saya sendiri waktu diminta tampil untuk menyanyi lagu dangdut sempat ragu, maklum saya hanya terbiasa dengan lagu-lagu Metallica, Scorpions, Nirvana, dan Nining Meida. Tapi karena dipaksa akhirnya saya nyanyi juga membawakan lagu Tanamor dari Muchsin Alatas. Irfan terkejut melihat saya bisa menyanyi, apalagi saya hapal lagu itu. Teman- teman yang lain seperti Kee Enal dan Muchtadlirin seingat saya hanya jadi penonton 😁😁

Kembali ke Shofan. Saya bilang kepada dia bahwa sebelum diislamkan oleh Rhoma Irama, musik dangdut dinikmati oleh semua orang. Setelah diberi label, ia menjadi terbatas. Bagaimana penjelasanmu? Tanya saya. Sampai sekarang Shofan belum menjawab pertanyaan saya itu. 😁

Selamat ulang tahun, Shofan.

Ciputat, 23 November 2022
Ahmad Gaus

Sumber FB saya:

 

Tidak Ada Puisi Hari Ini

 

TIDAK ADA PUISI HARI INI

Tidak ada puisi hari ini
Hanya sebatang lilin redup
Yang kulukis dengan bingkai matahari
Dan aku ada di sana
Membangun rumah sederhana
Dari kerikil dan tangkai bunga

Sementara engkau menyuapi anak-anak
Dengan biji-biji bintang
Yang meleleh di angkasa

Tidak ada puisi hari ini, kekasihku
Biarkan daun dan bunga berbicara sendiri
Biarkan bulan menangis sendiri
Dan biarkan cinta menjadi matang
Dalam kesunyiannya yang abadi

Jakarta, 10 Agustus 2022
Ahmad Gaus

Terima kasih atas ucapan dan doa teman-teman FB di ultah saya hari ini, yang bersamaan waktunya dengan ultah pernikahan perak kami. Doa yang sama untuk anda semua.

Salam Bahagia

Sumber dari FB saya:

https://www.facebook.com/photo/?fbid=10159296211467599&set=a.375767877598&notif_id=1660140924708921&notif_t=feedback_reaction_generic&ref=notif

 

 

Puisi Ulang Tahun untuk Nisa Alwis

Nisa Alwis adalah lilin di tengah kegelapan. Kok bisa? Ya ikuti saja facebook nya, insya Allah banyak pencerahan dari alumni Pesantren Darun Najah dan Monash University, Australia ini.

Sumber FB saya:

https://www.facebook.com/photo/?fbid=10159245759567599&set=a.375767877598

Oh ya Nisa juga menulis buku berjudul PUBER, yang melawan habis-habisan gerakan jilbabisasi di Indonesia.

Puisi Ulang Tahun untuk Dr. Imam Suhardjo

“Jangan suka meremehkan orang tua, kalian belum tentu sampai di usia ini.” Kami pun terdiam, sambil cengar-cengir. Kata-kata Pak Imam itu sungguh tajam. Dan benar.
Saya, Pak Imam Suhardjo , dan beberapa teman lain, adalah anggota partai tangga — sebutan untuk orang-orang yang suka berkumpul di tangga lantai 8 kantor kami, gedung film, dalam rangka melestarikan khazanah tembakau nusantara. 😁
Saat itu kami tengah berbincang tentang lift kantor yang belakangan sering mati. Bahkan sudah banyak pegawai dan tamu terjebak di dalamnya. Lalu seorang teman bilang, mulai saat ini kita naik turun lantai 8 lewat tangga saja. Jangan.pakai lift. “Tapi bagaimana dengan Pak Imam, apa masih kuat?” Ujarnya. Maka tercetuslah kata-kata Pak Imam seperti di atas itu, yang membuat kami terdiam.
“Sebenarnya saya ini masih muda. Masih mahasiswa kok,” lanjut Pak Imam, sambil tertawa. Benar, saat itu Pak Imam tengah mengikuti program S3 ilmu komunikasi di UNPAD.
Dan tahun lalu, di usianya yang ke-73, ia berhasil meraih gelar doktor dengan disertasi mengenai komunikasi elit politik PPP. Sebelumnya ia pernah menjadi anggota DPR RI dari partai kabah tsb.
Kami saling mengenal karena pernah sama-sama bekerja di LSF, Lembaga Sensor Film (2016-2020) yang berkantor di Gedung Film, Jl. MT Haryono, Jaksel, dimana Pak Imam sebagai komisioner, dan saya tukang bersih-bersih.
Di mata saya Pak Imam adalah seorang pekerja yang tekun dan pembelajar yang setia, buktinya ia meraih gelar doktor di usianya yang tidak remaja lagi. Ia juga pribadi yang hangat, ramah, suka humor, dan senang tertawa.
Setiap kembali dari kampung halamannya di Jember, Jawa Timur, ia mesti memberi tahu para anggota partai tangga, “Aku bawa tembakau madura,” katanya. Maka di sela-sela Ishoma, kami berkumpul di tangga lantai 8. Ia kerap bercerita tentang keunggulan tembakau madura, kontras dengan nasib para petaninya yang sering terpuruk karena tidak diperhatikan oleh pemerintah.
Sejak 2020 saya dan Pak Imam sudah selesai bertugas di LSF.
Saya dengar atap lantai 8 gedung film ambruk. Dan teman-teman saya yang masih bertugas di sana mengungsi ke Gedung Kemendikbud di Senayan. Tapi kenangan di gedung film tetap membekas, karena di sana banyak cerita.
Selamat ulang tahun, Pak Imam. Semoga sehat selalu.
Sumber FB saya:
Late post in my website 🙂

Seratus Tahun Chairil Anwar

SATU ABAD CHAIRIL ANWAR

Hari ini, 26 Juli 2022, seratus tahun usia Chairil Anwar — penyair Binatang Jalang, yang berseru “Aku mau hidup seribu tahun lagi.”

Dia lahir 26 Juli 1922, dan wafat 28 April 1949. Dalam usia yang relatif singkat, ia telah melahirkan puluhan sajak yang hampir seluruhnya terkenal. Beberapa di antaranya bahkan dihapal di luar kepala oleh anak-anak di bangku sekolah, seperti sajak-sajak “Aku”, “Derai-Derai Cemara”, “Yang Terampas dan Yang Putus”, dll. Tiga sajak itu pula yang menginspirasi saya menulis sajak ini.

Walaupun umur Chairil Anwar ‘hanya’ 27 tahun, tapi usianya panjang. Dan sejatinya dia tetap hidup karena karya-karyanya. Ini persis gambaran dari kata-kata Pramoedya Ananta Toer: “Menulis adalah bekerja untuk keabadian.”

Sumber FB:

https://www.facebook.com/photo/?fbid=10159274168982599&set=a.375767877598