Adakah yang lebih menakjubkan selain BUNGA FLAMBOYAN?

Di penghujung musim kemarau, ketika langit bergantian mengirimkan panas dan hujan, itulah saat flamboyan memperlihatkan kecantikannya. Di sepanjang jalan kita melihat bunga flamboyan bermekaran…

Bunga Flamboyan yang selalu menyala, sungguh menakjubkan
Flamboyant: the Amazing Flower

LUKISAN FLAMBOYAN
Puisi Ahmad Gaus

Seperti sungai yang mengalir
ribuan tahun lamanya menuju muara
aku ingin menujumu
beribu-ribu tahun lagi.

Seperti angin yang berhembus
menaburkan pupuk pada putik-putik kembang
aku ingin menyemaikan rindu
pada kelopak hatimu.

Langit kujadikan kanvas
tintanya air mata dan hujan
dan engkau yang terus berlari membawa keranjang
memunguti bunga-bunga flamboyan.

Aku ingin melukismu lagi
menggoreskan warna-warni pelangi pada rambut
dan bola matamu yang menyala
berguguran seperti cahaya.

_________________________________________________________________________

Kirimkan PUISI atau CATATAN INDAHMU tentang FLAMBOYAN. Saya akan beri kenang-kenangan buku untuk beberapa pengirim terbaik, dan akan diposting di blog ini. Buku terbaru saya KUTUNGGU KAMU DI CISADANE dan WRITERPRENEURSHIP: MEMBANGUN KARIR DI DUNIA PENULISAN.

Email: gausaf@yahoo.com
FB: Gaus Ahmad
Twitter: @AhmadGaus

Ditunggu ya 🙂

_________________________________________________________________________

Puisi Ibu – karya @raysanahla

Ibu selalu mengurusku
Ia sayang padaku
Tapi jika aku menangis
Ia marah

10 Maret 2010

Ini Echa (Raysa Falsafa Nahla), 8 tahun.

Puisi Esai adalah Puisi yang Bercerita

Bumi Siliwangi, Isolapos.com

“ Puisi Esai adalah puisi yang bercerita dengan merujuk kepada fakta sosial yang pernah terjadi,” ujar Ahmad Gaus, pembicara dalam Workshop Menulis Puisi dan Esai yang diselenggarakan oleh Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) yang bekerja sama dengan Jurnal Sajak, Senin (16/7).

Ahmad menambahkan puisi esai merupakan cara baru menulis puisi. “Butuh retorika yang keras agar puisi ini berkembang,” tutur ahmad
Menurutnya, puisi esai merupakan bentuk komunikasi yang mudah dipahami dengan bahasa puisi yang dapat menggugah emosi. “Puisi ini tidak cukup hanya pengalaman, namun harus ada bingkai sosial,” ujar Ahmad.

Menanggapi hal tersebut, Jamal D. Rahman pembicara ke dua dalam seminar tersebut mengatakan, penyair perlu memanfaatkan bahasa sebaik-baiknya.
Selain itu, Menurut Jamal puisi esai dapat menyadarkan kepada para penyair tentang pentingnya riset. “Karena ada fakta dan fenomena sosial yang dihadirkan,” ujar Jamal. [ Julia Hartini]

Ahmad Gaus : Puisi Esai Adalah Puisi yang Bercerita

Waltz Sore, Bagaimana Kamu Bisa Aku Benci?

Antolologi Puisi dan Esai dari Kampus

Swiss German University (SGU), BSD-City

Waltz Sore

Oleh Annisa Tazakka*)

Daunnya berguguran seolah membiarkan

terang bulan menembus ranting anak dahannya.

Dan dia menikmati itu, menikmati si kecilku

berwaltz ria dengan anggunnya.

Waltz 7 musim di musim yang sangat dingin

mematikan urat-urat tulang.

Ketukan dan hentakan tempo berurai hingga melebur

dengan cahaya-cahaya borealis.

Kadang terang sekali

sesekali meredup dan berdetak kencang.

Di jam 12 si kecilku terlihat menggarang

malah semakin angkuh saja

aku memperhatikannya, terus mengamatinya.

Kagumku menjalar mengalahkan nalar

merobohkan pikiran-pikiran.

Dulu selalu kuanggap dia sebagai pelengkap

karena aku menyadari

dia selalu membanggakanku

pernah juga kuhakimi dia sebagai penyusah.

Bagaimana tidak, dia melakukan apa yang kulakukan

di saat aku akan mencapai 10 tahun.

Dan di detik ini, aku hanya bersembunyi-sembunyi melihat dia

dari semak-semak belukar.

Dalam pandanganku kali ini, dia semakin saja terang

semakin saja menyilaukan

dan semakin saja bercahaya.

Mungkin dia tidak tahu

kalau itu semua melebihi orang kebanggaannya.

Aku layu saat menyadari itu

dan pucat pasi saat dia menangkap bayanganku

dan menarikku ke dalam keangkuhan

dan membimbingku melanjutkan waltznya.

*) Annisa Tazakka, Mahasiswi SGU Jurusan International Business Administration, Semester 8.

——————————————

Bagaimana Kamu Bisa Aku Benci?

Oleh Rizky Sufi Kautsar*)

 Aku akan meninggalkanmu
Jika itu harus.
Aku akan melupakanmu
Jika itu juga harus.
Aku akan memaafkanmu
Jika itu memang harus.

Tapi aku tidak akan membencimu
Bahkan jika aku harus.
Bagaimana aku bisa membenci kamu,
Siapa yang aku cintai begitu setia
Dan tanpa syarat?

*) Rizky Sufi Kautsar, Mahasiswa Swiss German University (SGU) Jurusan Biomedical Engineering, Semester 8.

_______________________

Puisi di atas diambil dari buku Istana Angin: Bunga Rampai Puisi Kampus (LotusBooks, 2011), Kata Pengantar: Prof. Dr. Sapardi Djoko Damono, Sastrawan Senior

Baca juga:

Menikmati ‘Hujan Bulan Juni’ bersama Tuan Sapardi

Para Penyair dan Sastrawan Bicara tentang Buku Puisi Esai Ahmad Gaus

Buku terbaru karya Ahmad Gaus “Kutunggu Kamu Di Cisadane: Antologi Puisi Esai.” (KomodoBook, 2012). Kata Pengantar Oleh: Jamal D. Rahman (Pemimpin Redaksi Majalah Sastra HORISON). /  @AhmadGaus

APA KATA MEREKA tentang BUKU INI

Membaca puisi esai Ahmad Gaus menjadi peluang untuk melihat persoalan kemanusiaan tidak hitam-putih, melainkan penuh kejutan seperti lagu-lagu dangdut Indonesia yang perkasa. – Acep Zamzam Noor, Penyair

Puisi esai adalah gagasan menantang, khususnya bagi penyair yang intelektual. Ahmad Gaus memenuhi tantangan itu. Lewat antologinya ini, ia mencoba menguji kesungguhan kita sebagai bangsa yang bhinneka tunggal ika. – Agus R. Sarjono, Penyair.

Gaus itu peka soal puisi dan tajam soal esai. Ketika ia menulis puisi esai, karyanya asik dibaca karena temanya tajam dan bahasanya indah. – Denny JA, Penulis Buku Atas Nama Cinta: Sebuah Puisi Esai

Kedalaman sufistik dan ketajaman sosio-antropologis menunjukkan pengalaman empirik penulisnya dalam menyelami kehidupan. Kelima puisi esai ini menarik, menggugah dan mencerdaskan. – Fakhrunnas MA Jabbar, Sastrawan dan Budayawan

Melalui puisi-puisi esainya Gaus memotret dunia yang kongkrit dan merefleksikannya dengan bahasa yang indah dan jernih. – Ahmadun Yosi Herfanda, Penyair dan Ketua Komite Sastra Dewan Kesenian Jakarta (DKJ).

_________________________________________________________________________

Pesan buku ini via Mobile: 0818829193/ PIN 21907D51. Jabodetabek Rp35.000.00/ Jawa dan Luar Jawa Rp45.000.00

______________  Follow me at twitter @AhmadGaus  ____________________