Daun-Daun Menulis Kesunyian

Need a help: Dear teman2 bloger dan para pembaca, saya perlu 200 subscriber lagi untuk meng-up novel saya menjadi “novel berbayar”. Proses ini gratis. Caranya mudah, buka saja link ini:  https://share.novelme.id/starShare.html?novelId=22983

Lalu klik + RAK. Bonusnya, saat ini Anda masih dapat membaca novel ini tanpa dikunci alias masih gratis. 🙂 🙂  Terima kasih yo. Salam 

Istri dan Kekasih, bagai Langit dan Bumi

Baca novel saya Hujan dalam Pelukan, dan jangan lupa subscribe ya teman-teman, buka link ini: https://h5.novelme.com/bookinfo/22983  terus klik + RAK. Tenang saja, proses ini Gratis. Terima kasih yo. Salam   🙂 🙂

Sudut Pandang

Tentang Mengubah Sudut Pandang
Sepanjang hari ini (Kamis, 4/02/2021) saya mengikuti rapat kerja (Raker) CSRC-UIN Jakarta, karena saya salah satu peneliti senior CSRC, katanya. 🙂
Sambil mendengarkan paparan dari Buya Azra alias Prof Azyumardi Azra, Dr. Yeni Ratnaningsih, Dr. Chaider S. Bamualim, Idris Hemay (Direktur CSRC), Irfan Abubakar (Dewan Penasihat), saya orat-oret puisi atas pesanan Gus Solah yang memandu acara ini. Maka jadilah puisi ini, yang terinspirasi oleh paparan Bu Yeni tentang “how to change your perspective..” Ini puisinya yang juga sudah saya bacakan di acara tanpa kopi, snack, dan rokok tsb 🙂 :
***
SUDUT PANDANG
– Untuk teman-teman CSRC-UIN Jakarta
Kalau kita ingin mencari sumber kekayaan maka
kita harus membuka hutan
Tapi kalau kita pergi sendirian kita akan diterkam
harimau, sang penguasa hutan
Kita akan mati konyol
Tidak ada yang bisa menyelamatkan kita
Kalau kita ingin terlihat oleh yang lain
maka kita harus terbang ke langit tinggi
Tapi di sana pun ada rajawali
Kita akan mati dimangsa si penguasa langit itu
Kita bisa selamat dari terkaman harimau
kalau kita pergi ke hutan bersama kawanan gajah
Tapi, dengan begitu, kita akan menjadi gajah
Kita bisa selamat dari cengkraman rajawali
kalau kita bergabung bersama kawanan burung walet.
Tapi ingat, kita pun akan menjadi burung walet
Lalu bagaimana supaya kita tidak menjadi salah satu
dari gajah, atau salah satu dari burung walet?
Kalau kita pergi ke hutan kita harus menjadi harimau
Kalau kita terbang ke langit kita harus menjadi rajawali
Sebab hutan tidak bisa diubah. Langit tidak bisa diubah
Tapi kita bisa mengubah cara pandang kita terhadapnya
Lalu memposisikan diri kita di sana
Ciputat, 4 Februari 2021
Ahmad Gaus

January Poem

Read another poem:

December Poem

Makrifat Cinta

Read another poem: 

CINTA DAN PERNIKAHAN

Puisi untuk Nia

Cinta Segitiga Berakhir Bahagia

 

 

 

Hujan Kepagian

 

Read another poem:

Datang dan Pergi

Are You Bicycling, Brother Jon?

Happy birthday brother Jon. Wish you all the best.

[ahmadgaus]

 

Siklus Kehidupan

Ya Habibal Qolbi

Jalan Berbelok Ke Baitullah: Untuk Ulil Abshar Abdalla

Gus Ulil Ultah

Selamat ulang tahun untuk sahabatku, Ulil Abshar Abdalla. Setelah Cak Nur dan Gus Dur, dialah yang berani melawan otoritarianisme pemikiran agama. Sebagaimana kedua pendahulunya tersebut, Ulil menolak penafsiran tunggal atas teks-teks agama. Segala kemungkinan tafsir ia beberkan dengan disiplin keilmuan pesantren yang dikuasainya.

Hasilnya ialah: Islam menjadi agama yang terbuka. Tidak ada, dan memang tidak boleh ada, monopoli atas tafsir agama. Ijtihad yang ditempuh Ulil membuka jalan bagi banyak orang untuk mendekati Islam dari berbagai sisinya. Bahkan mereka yang semula jauh dari ajaran agama, termasuk pada pemabuk, pembangkang, dan para pendosa lainnya, merasa nyaman dengan jenis Islam yang diperkenalkan oleh Ulil. Mereka merasa diterima, dan diberi akses kepada Tuhan melalui pintu mereka sendiri.

Ini tentu berbeda dengan pemahaman mainstream yang menempatkan agama semata-mata sebagai urusan surga-neraka, halal-haram, dan sejenis itu. Atas ijtihadnya itu, Ulil dikagumi dan diikuti oleh banyak orang, tapi juga dibenci oleh yang lainnya. Ia pernah difatwa “halal darahnya” oleh Forum Ulama Umat Islam (FUUI).

Namun pikiran-pikiran Ulil terus bergulir dan mendapatkan tempat tersendiri di benak kaum Muslim, khususnya anak-anak muda yang tengah mencari Islam yang berbeda dengan “Islam mainstream” yang bagi mereka sudah terlalu kolot untuk bisa menjawab kebutuhan masa kini.

Sekali lagi, selamat ultah Gus Ulil.  Sebuah puisi khusus saya buatkan untuk Anda di hari yang istimewa ini.

Salam,

Ahmad Gaus

 

 

 

 

 

Setiap Perempuan